KH. Uyeh Balukia Syakir Syujai

Pondok pesantren Yamisa Soreang kabupaten Bandung Prov. Jawa Barat adalah sebuah pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1968 oleh seorang Kyai pendiri dan perintis yaitu Almarhum KH. Uyeh Balukia Syakir Syuja’i.
KH. Uyeh Balukia Syakir Syuja’i dilahirkan pada tahun 1925 putra kedua dari KH. Syuja’I pimpinan pesantren Nenon Ciwidey.
Beliau menempuh pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar yang dulu disebut Sekolah Rakyat (SR), yang berada didaerah Pasirnangka Ciwidey sambil mesantren di pesantren Pasirnangka hingga selesai Sekolah Dasar.
Setelah itu, Beliau melanjutkan pendidikan-nya di Bandung, juga sambil mesantren di pesantren Sukamiskin Bandung pimpinan KH. Ahmad Dimyati hingga tahun 1945. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan masuk Perguruan Tinggi di Jakarta dan Jogja.
Selain pendidikan formal dan kepesantrenan yang Beliau dalami selama itu, Beliau juga aktif dalam organisasi, hal itu ditandai dengan masuknya dalam Angkatan Pemuda Islam tahun 1945 serta menjadi anggota Hizbullah mulai tanggal 20 September 1945, dan seterusnya diangkat sebagai Komandan Batalyon I Siliwangi Brigade XIV dan terus aktif menjadi anggota TNI sampai tahun 1950. Namun karena kesehatannya terganggu, Beliau pensiun dari TNI lalu menetap di Soreang.
Setelah menetap di Soreang, Beliau membuka pengajian-pengajian rutin yang dilaksanakan di Masjid Agung Soreang waktu itu serta membentuk jema’ah majelis ta’lim. Pada tahun 1968 Beliau membuka secara resmi pondok pesantren Yamisa dari singkatan “Yayasan Misi Islam”. Dengan tujuan membina dan membentuk generasi-generasi Islam yang mampu menjadi “patok masjid” yaitu pemimpin masyarakat dalam keagamaan, pengajar dan pembina ajaran Islam dan mengedepankan pengamalan yang berdasarkan akidah Ahli Sunnah Waljama’ah. Selain itu, dengan didirikannya pendidikan pesantren ini adalah salah satu jalan dalam membendung pengaruh-pengaruh dari misi Kristenisasi pada waktu itu khususnya di daerah kabupaten Bandung.
Setelah berjalan beberapa lama, Beliaupun sedikit demi sedikit melebarkan sayap untuk mengembangkan Yayasan ini, yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan formal. Dan Alhamdulillah hingga saat ini telah tersedia lembaga pendidikan formal dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi, yang merupakan salah satu Yayasan yang telah ikut memajukan pendidikan dan pembinaan ajaran Islam khususnya di Kab. Bandung.

Hal ini Beliau lakukan untuk mengimbangi perkembangan zaman dan kemajuan anak didiknya agar menjadi santri yang mempuni baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum.
Walaupun demikian, ditengah-tengah perkembangan IPTEK dan Era Globalisasi yang terus menggeliat dan memaksa setiap orang harus dapat mengimbanginya, beliau tetap teguh dalam kontiunitasnya mengajarkan pengetahuan agama berupa kitab-kitab kuning atau salafi serta pengamalan ibadah mahdoh dan sunnat.
Beliau sering mengungkapkan sebuah petuah kepada santri-santrinya “jangan membawa masjid ke sekolah, tapi bawalah sekolah ke masjid”. Yang isinya mengisyaratkan bahwa kita dituntut mendalami ilmu pengetahuan umum tapi tetap pengamalan agama harus diperhatikan jangan sampai terbengkalai apalagi ditinggalkan.
Beliau pulang ke Rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 3 Agustus 2002. Semoga jasa dan amal baiknya mendapat pahala yang berlipat ganda dan selamanya berada dalam rahmat dan maghfirah Allah SWT. Amiin